29 October, 2008

perjalanan terus menyusun kabar demi kabar. Membentuk
sejarahnya sepanjang mimbar di halaman koran pagi.
Seperti keinginan kemarau memaknai banjir,
sementara hatimu tak hentinya
memenggali hulu sungai. Cakrawala apakah
yang dilukis laut
pada pesisir percintaan nasib dan
pendewasaan anak-anak kita?

lebih sering aku tak mempercayai telepon. Percakapan
yang dihisap bayang-bayang, walau engkau
memastikan jujur. Orang-orang kian banyak berangkat
lalu kehilangan alamat

aku masih berpegang pada mawar di tengah percepatan
yang diderita kampungku. Maka
teleponlah aku pada angka-angka yang belum
sempat dicatat jam, daftar menu atau kalkulator

dan engkau mungkin tak salah

sampai jumpa di dering berikutnya

nanoq da kansas




0 Comments:

Post a Comment