22 March, 2009

cintaku padamu, ika
jatuh seperti bola embun
di musim yang tak sepenuhnya jujur
mencair dalam kehangatan cahaya pertama
terang yang lebih memberiku silau

sekali waktu kuingin tubuhmu
lebih sempurna dari yang dapat kusentuh
hingga dapat kubayangkan tuhan
melingkarkan lengan ajaibnya bagi nasibku
: seorang pemabuk tanpa kartu pengenal
yang merindukan kebun anggur
menjadi milik setiap orang
tanpa harus membakar hunian serangga

cintaku padamu, ika
seharusnya bisa merdeka seperti mimpi
atau lebih tajam dari rasa lapar
yang telah membangun persengketaan di bumi
agar anak-anak yang lahir dari rahimmu nanti
dapat memahami penderitaannya
hanyalah bagian kecil dari permainan waktu
hingga mereka tak lagi butuh pedang
untuk menulis sepenggal sejarah

nanoq da kansas

19 January, 2009

setelah nafasmu
: bau rempah yang diracik air mata
duniaku pun berhenti mengenang cintanya

sepertinya kampung kita telah digusur dari
peta sembahyangmu. Maka surat-surat tak dapat
lagi dititipkan pada perjalanan daun gugur
yang dulu dikirim angin ke pipimu

aneh. Kesetiaan yang ditawarkan ibumu
lewat pelangi langit-langit bar & diskotik
belum juga mampu mengantarku pada titik
pemahaman tradisi kapstok swalayan, kilau
gelas softdrink atau nafas sepuluh butir
tablet penenang

dan begitulah
istiadat doa dalam peradaban naifku
masih saja meminang-minang aroma tanah
bau rempah yang diracik air mata
walau kampung kita digusur
dari peta keheningan

nanoq da kansas
nirmala bunga semesta (anak keduaku)

kemudian tak kubicarakan sementara pohonan atau
barisan daun ilalang yang pernah menggores
bahumu. Angin menelikung cakrawala
mengambilmu dari bau tanah pedusunan kita
pada cahaya merkuri atau televisi
engkau bahkan tak akan disinggahi debu

sebagaimana engkau ketawa di atas punggungku
membayangkan kuda menembus bebukitan
pada putaran eskalator plaza pun engkau
akan dibujuk untuk dewasa
menempuh waktu bagai taxi yang dirundung
persaingan demi persaingan. Dan
di manakah ibumu? Lelapkah engkau memeluk
rimba mainan yang dikirim iklan di hari
ulang tahunmu?

tak akan kubicarakan sementara waktu kampung
halaman nenek moyangmu yang lugu
cakrawalaku sebatas bukit. Sedangkan
jemari jalanan beraspal yang meyatimkanmu
berkali lipat mendekap telinga hatimu
untuk terhindar dari jeritan
seekor merpati yang mengabarkan rinduku

nanoq da kansas
hening bayu semesta (anak sulungku)

30 December, 2008

: kepada santi

kita berduyun, sedang hujan datang
sendiri. Menggoyangkan cemara muda
tempat kita berteduh
senja itu

siapa di antara kita yang teringat ibu?
kampung halaman tak lagi mengirim angin
hanya selembar potret dalam hati
dengan gambar begitu samar
mempercakapkan genangan danau dan demam
yang dikepung ribuan kota
dalam kesepian matamu

sebentar lagi gelap
engkau boleh pulang setelah makan, — hiburmu
Maka kita pun menyalakan tungku
aku mengunyah keratan pertama masa silammu
engkau menghisap bagian paling hitam
jantungku. Darahku
sempurna

lama.

Hujan tak pernah sampai ke stasiun
gelap yang datang lapar juga
menelan jalan puisi di depan kita
: aku buta arah tempuh
engkau kehilangan waktu

kita tak pernah bisa pulang

nanoq da kansas

kepada pelukis made wianta

di manakah asalku ketika kau buka pintu?
halaman kecil itu pun telah menjadi cakrawala
menelan atmosfir di luar tubuhku
aku datang bergelimang biji-biji tumbuhan
tunas-tunas bunga ajaib, bahkan
debu yang sebagiannya tak kukenali

siapa di antara kita yang menggali
atau tergali?
di tembok putih – tempat sebagian langit
melabuh, hal-hal kecil berbiak liar
pikran-pikiran besar merunduk
tertinggal jauh oleh diam yang
diciptakan riuh rindu percakapan warna

sementara itu
usiaku yang terlambat menancapkan akarnya
selalu tersipu di atas garis gairah
kelahiran yang ditinggalkan tanah
perjalanan yang digoda
banyak sekali persimpangan
sebelum usai kanvas terbingkai

di manakah asalku ketika keluar
dari pintu itu?

nanoq da kansas

29 December, 2008

kepada pelukis made budhiana


kanvas yang dijahit anak-anak, akankah
sempurna menyerap cahaya? Betapa dingin
perjalanan sekarang. Sampah-sampah
yang kutambalkan di dinding tak cukup menghentikan
rembesan nanah. Ruang di mana-mana membusuk
mawar atau danau, tersedu aku di pantai
di gunung juga setiap trotoar

“kirimi aku segaris kisah
tanpa warna kelam!” – parfum yasmin
atau seonggok sesaji tak tercium aromanya. Angin
memotong nafasku. Menyangkutkannya
pada kanvas robek yang dijahit anak-anak
o waktu, betapa tambal sulamnya

nanoq da kansas

07 December, 2008

untuk pelukis om frans nadjira

... bagaimana jika kudarahkan saja
kanvas ini? – ujar seorang pelukis pada
sang kolektor. aku susah sekali menggerakkan
tangan. walau untuk sekedar menarik garis – membentuk
sayap. atau sekedar lengkung meniru mata rajawali yang bijak

HUTAN MEMUAI – POHONAN TERPENGGAL JADI SANGKARSANGKAR ANTIK – TERGANTUNG DI PASAR – DI REAL ESTATE – DI SWALAYAN – DI HALAMAN PADANG GOLF – DI BARISAN ANGGUN KANTOR BANK – BUKU PELAJARAN BIOLOGI KEHILANGAN SEKIAN HALAMAN HABITATNYA – HUTAN MEMUAI – POHONAN TERPENGGAL

maka pelukis itu memotong kedua tangannya
mengucurkan darah di sekujur kanvas
di sebuah art shop sang kolektor mengganti sayapnya dengan
batre dan remote control
maka jadilah burung-burung yatim piatu di sepanjang
abad mendatang

nanoq da kansas

17 November, 2008

bersama pelukis made suta kesuma

I
seperti teratai, lihatlah
teratai patah tubuhku. kolam hitam
lumpur dunia diombakkan waktu
bergesekan batu-batu cinta purbaku
membentukmu

II
engkau menangis, semalam
padahal aku terbunuh dalam mimpimu
pagi-pagi kita bertemu. aku
sebentuk debu

III
mimpimu andaikan bunga teratai
daun teratailah mayatku
ke dalam kolam kita diikat waktu
tubuh sebatas adonan lumpur. di permukaan
dunia memaknai

nanoq da kansas




:loloan – bali

ketika memeluk tubuhmu, dara
serasa telah kugenggam seluruh beban
dunia. lalu aku mengira
telah kita habisi segala kecurangan
permainan dalam sisa-sisa peradaban

tapi malam yang jatuh
di sekeliling kolam teratai matamu
semakin mempertegas kehilangan kita akan
waktu. dan seperti roda kereta kuda
kita pun diputar dengan kekuatan cemeti
memasuki perangkap
yang menghela kampung kita
menuju daratan yang sama sekali
asing

selesai menciummu, dara
pagi yang pucat
mendapatkan selembar jilbab masa silammu
yang jatuh semalam di bawah bayang
bayang gerhana pertemuan kita
berdebu!

maka kehilangan kita pun kian sempurna
bila anak-anak menanyakan
nama asal kampungnya

nanoq da kansas

29 October, 2008

dapatkah engkau memasang beberapa huruf
dan gambar-gambar dengan sedikit saja
berita kesedihan, o, sahabat-sahabatku yang gembira?
aku ingin mengirim puisi ke dalam faximile-mu
dengan bahasa yang belum ada dalam kamus. Soalnya
setiap perjumpaan selalu engkau ceritakan perkabungan
walau kematian bukanlah akhir dari pertemuan

tulislah sesekali cinta dalam headline. Aku
perlu bacaan sederhana, seteguk penawar mimpi buruk
setelah jam-jam kerja dihabiskan tv dan radio
dengan upacara pembantaian di setiap kedaulatan manusia

tulislah cinta
sesekali saja, walau itu hanya dongeng

nanoq da kansas