tag:blogger.com,1999:blog-5820142039578263032023-08-12T06:01:46.494-07:00PUISI-PUISI Nanoq da Kansasnanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.comBlogger30125tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-58702949045828654402009-03-22T08:16:00.000-07:002009-03-22T08:18:17.193-07:00sajak cinta kepada ika<span class="fullpost">cintaku padamu, ika<br />jatuh seperti bola embun<br />di musim yang tak sepenuhnya jujur<br />mencair dalam kehangatan cahaya pertama<br />terang yang lebih memberiku silau<br /><br />sekali waktu kuingin tubuhmu<br />lebih sempurna dari yang dapat kusentuh<br />hingga dapat kubayangkan tuhan<br />melingkarkan lengan ajaibnya bagi nasibku<br />: seorang pemabuk tanpa kartu pengenal<br />yang merindukan kebun anggur<br />menjadi milik setiap orang<br />tanpa harus membakar hunian serangga<br /><br />cintaku padamu, ika<br />seharusnya bisa merdeka seperti mimpi<br />atau lebih tajam dari rasa lapar<br />yang telah membangun persengketaan di bumi<br />agar anak-anak yang lahir dari rahimmu nanti<br />dapat memahami penderitaannya<br />hanyalah bagian kecil dari permainan waktu<br />hingga mereka tak lagi butuh pedang<br />untuk menulis sepenggal sejarah<br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:85%;" ><span style="color: rgb(204, 0, 0);">nanoq da kansas</span></span></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-76635387487181462002009-01-19T01:16:00.000-08:002009-01-19T01:19:50.848-08:00merindukan nirmala bunga semestasetelah nafasmu<br />: bau rempah yang diracik air mata<br />duniaku pun berhenti mengenang cintanya<br /><br />sepertinya kampung kita telah digusur dari<br />peta sembahyangmu. Maka surat-surat tak dapat<br />lagi dititipkan pada perjalanan daun gugur<br />yang dulu dikirim angin ke pipimu<br /><br />aneh. Kesetiaan yang ditawarkan ibumu<br />lewat pelangi langit-langit bar & diskotik<br />belum juga mampu mengantarku pada titik<br />pemahaman tradisi kapstok swalayan, kilau<br />gelas softdrink atau nafas sepuluh butir<br />tablet penenang<br /><br />dan begitulah<br />istiadat doa dalam peradaban naifku<br />masih saja meminang-minang aroma tanah<br />bau rempah yang diracik air mata<br />walau kampung kita digusur<br />dari peta keheningan<br /><br /><span style="font-size:85%;color:#cc0000;"><strong>nanoq da kansas</strong></span><br /><em><span style="font-size:85%;color:#cc0000;">nirmala bunga semesta (anak keduaku)</span></em>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-18110101192524122432009-01-19T01:09:00.001-08:002009-01-19T01:15:14.058-08:00merindukan hening bayu semestakemudian tak kubicarakan sementara pohonan atau<br />barisan daun ilalang yang pernah menggores<br />bahumu. Angin menelikung cakrawala<br />mengambilmu dari bau tanah pedusunan kita<br />pada cahaya merkuri atau televisi<br />engkau bahkan tak akan disinggahi debu<br /><br />sebagaimana engkau ketawa di atas punggungku<br />membayangkan kuda menembus bebukitan<br />pada putaran eskalator plaza pun engkau<br />akan dibujuk untuk dewasa<br />menempuh waktu bagai taxi yang dirundung<br />persaingan demi persaingan. Dan<br />di manakah ibumu? Lelapkah engkau memeluk<br />rimba mainan yang dikirim iklan di hari<br />ulang tahunmu?<br /><br />tak akan kubicarakan sementara waktu kampung<br />halaman nenek moyangmu yang lugu<br />cakrawalaku sebatas bukit. Sedangkan<br />jemari jalanan beraspal yang meyatimkanmu<br />berkali lipat mendekap telinga hatimu<br />untuk terhindar dari jeritan<br />seekor merpati yang mengabarkan rinduku<br /><br /><span style="font-size:85%;color:#cc0000;"><strong>nanoq da kansas</strong></span><br /><span style="font-size:85%;color:#cc0000;"><em>hening bayu semesta (anak sulungku)</em></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-82588874750591531162008-12-30T00:07:00.000-08:002008-12-30T00:09:30.096-08:00percakapan sebelum pulang<span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic; color: rgb(153, 0, 0);">: kepada santi</span></span><br /><br />kita berduyun, sedang hujan datang<br />sendiri. Menggoyangkan cemara muda<br />tempat kita berteduh<br /> senja itu<br /><br />siapa di antara kita yang teringat ibu?<br />kampung halaman tak lagi mengirim angin<br />hanya selembar potret dalam hati<br />dengan gambar begitu samar<br />mempercakapkan genangan danau dan demam<br />yang dikepung ribuan kota<br />dalam kesepian matamu<br /><br />sebentar lagi gelap<br /> engkau boleh pulang setelah makan, — hiburmu<br />Maka kita pun menyalakan tungku<br />aku mengunyah keratan pertama masa silammu<br />engkau menghisap bagian paling hitam<br />jantungku. Darahku<br />sempurna<br /><br />lama.<br /><br />Hujan tak pernah sampai ke stasiun<br />gelap yang datang lapar juga<br />menelan jalan puisi di depan kita<br />: aku buta arah tempuh<br /> engkau kehilangan waktu<br /><br />kita tak pernah bisa pulang<br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(204, 0, 0); font-weight: bold;">nanoq da kansas</span></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-31162795670942861272008-12-30T00:05:00.000-08:002008-12-30T00:06:58.888-08:00rumah lukisan<span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic; color: rgb(153, 0, 0);">kepada pelukis made wianta</span></span><br /><br />di manakah asalku ketika kau buka pintu?<br />halaman kecil itu pun telah menjadi cakrawala<br />menelan atmosfir di luar tubuhku<br />aku datang bergelimang biji-biji tumbuhan<br />tunas-tunas bunga ajaib, bahkan<br />debu yang sebagiannya tak kukenali<br /><br />siapa di antara kita yang menggali<br />atau tergali?<br />di tembok putih – tempat sebagian langit<br />melabuh, hal-hal kecil berbiak liar<br />pikran-pikiran besar merunduk<br />tertinggal jauh oleh diam yang<br />diciptakan riuh rindu percakapan warna<br /><br />sementara itu<br />usiaku yang terlambat menancapkan akarnya<br />selalu tersipu di atas garis gairah<br />kelahiran yang ditinggalkan tanah<br />perjalanan yang digoda<br />banyak sekali persimpangan<br />sebelum usai kanvas terbingkai<br /><br />di manakah asalku ketika keluar<br />dari pintu itu?<br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(204, 0, 0);">nanoq da kansas</span></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-83525841818842640762008-12-29T23:57:00.000-08:002008-12-30T00:04:21.569-08:00kolase waktu<span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic; color: rgb(153, 0, 0);">kepada pelukis made budhiana</span></span><br /><br /><br />kanvas yang dijahit anak-anak, akankah<br />sempurna menyerap cahaya? Betapa dingin<br />perjalanan sekarang. Sampah-sampah<br />yang kutambalkan di dinding tak cukup menghentikan<br />rembesan nanah. Ruang di mana-mana membusuk<br />mawar atau danau, tersedu aku di pantai<br />di gunung juga setiap trotoar<br /><br />“kirimi aku segaris kisah<br />tanpa warna kelam!” – parfum yasmin<br />atau seonggok sesaji tak tercium aromanya. Angin<br />memotong nafasku. Menyangkutkannya<br />pada kanvas robek yang dijahit anak-anak<br />o waktu, betapa tambal sulamnya<br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(204, 0, 0);">nanoq da kansas</span></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-60121106633881750852008-12-07T22:45:00.000-08:002008-12-07T22:50:23.146-08:00abstraksi burung-burung<span class="fullpost" style="font-size:85%;"><em>untuk pelukis om frans nadjira</em></span><br /><span class="fullpost"></span><br /><span class="fullpost">... bagaimana jika kudarahkan saja<br />kanvas ini? – ujar seorang pelukis pada<br />sang kolektor. aku susah sekali menggerakkan<br />tangan. walau untuk sekedar menarik garis – membentuk<br />sayap. atau sekedar lengkung meniru mata rajawali yang bijak<br /><br />HUTAN MEMUAI – POHONAN TERPENGGAL JADI SANGKARSANGKAR ANTIK – TERGANTUNG DI PASAR – DI REAL ESTATE – DI SWALAYAN – DI HALAMAN PADANG GOLF – DI BARISAN ANGGUN KANTOR BANK – BUKU PELAJARAN BIOLOGI KEHILANGAN SEKIAN HALAMAN HABITATNYA – HUTAN MEMUAI – POHONAN TERPENGGAL<br /><br />maka pelukis itu memotong kedua tangannya<br />mengucurkan darah di sekujur kanvas<br />di sebuah art shop sang kolektor mengganti sayapnya dengan<br />batre dan remote control<br />maka jadilah burung-burung yatim piatu di sepanjang<br />abad mendatang<br /></span><br /><p><span class="fullpost" style="font-size:85%;color:#cc0000;"><strong>nanoq da kansas</strong></span></p><p></p>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-81261846987860746872008-11-17T23:05:00.000-08:002008-11-17T23:07:12.146-08:00seperti teratai<span class="fullpost" style="font-size:85%;"><em>bersama pelukis made suta kesuma</em></span><br /><br /><span class="fullpost">I<br />seperti teratai, lihatlah<br />teratai patah tubuhku. kolam hitam<br />lumpur dunia diombakkan waktu<br />bergesekan batu-batu cinta purbaku<br />membentukmu<br /><br />II<br />engkau menangis, semalam<br />padahal aku terbunuh dalam mimpimu<br />pagi-pagi kita bertemu. aku<br />sebentuk debu<br /><br />III<br />mimpimu andaikan bunga teratai<br />daun teratailah mayatku<br />ke dalam kolam kita diikat waktu<br />tubuh sebatas adonan lumpur. di permukaan<br />dunia memaknai</span><br /><p><span class="fullpost" style="font-size:85%;color:#ff0000;">nanoq da kansas</span></p><p><span class="fullpost"> </p><br /><br /><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-6423522937904659722008-11-17T22:50:00.000-08:002008-11-17T23:04:04.971-08:00gambus malam-malam di kampung rosi indayani<span class="fullpost"><span style="font-size:85%;"><em>:loloan – bali</em></span> </span><br /><span class="fullpost"></span><br /><span class="fullpost">ketika memeluk tubuhmu, dara<br />serasa telah kugenggam seluruh beban<br />dunia. lalu aku mengira<br />telah kita habisi segala kecurangan<br />permainan dalam sisa-sisa peradaban<br /><br />tapi malam yang jatuh<br />di sekeliling kolam teratai matamu<br />semakin mempertegas kehilangan kita akan<br />waktu. dan seperti roda kereta kuda<br />kita pun diputar dengan kekuatan cemeti<br />memasuki perangkap<br /></span><span class="fullpost">yang menghela kampung kita<br />menuju daratan yang sama sekali<br />asing<br /><br />selesai menciummu, dara<br />pagi yang pucat<br />mendapatkan selembar jilbab masa silammu<br />yang jatuh semalam di bawah bayang<br />bayang gerhana pertemuan kita<br />berdebu!<br /><br />maka kehilangan kita pun kian sempurna<br />bila anak-anak menanyakan<br />nama asal kampungnya</span><br /><p><span class="fullpost" style="font-size:85%;color:#cc0000;">nanoq da kansas</span></p><p><span class="fullpost"></p></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-65360945937379208152008-10-29T00:36:00.000-07:002008-10-29T00:38:29.584-07:00mengeluh soal koran-koran<span class="fullpost">dapatkah engkau memasang beberapa huruf<br />dan gambar-gambar dengan sedikit saja<br />berita kesedihan, o, sahabat-sahabatku yang gembira?<br />aku ingin mengirim puisi ke dalam faximile-mu<br />dengan bahasa yang belum ada dalam kamus. Soalnya<br />setiap perjumpaan selalu engkau ceritakan perkabungan<br />walau kematian bukanlah akhir dari pertemuan<br /><br />tulislah sesekali cinta dalam headline. Aku<br />perlu bacaan sederhana, seteguk penawar mimpi buruk<br />setelah jam-jam kerja dihabiskan tv dan radio<br />dengan upacara pembantaian di setiap kedaulatan manusia<br /><br />tulislah cinta<br />sesekali saja, walau itu hanya dongeng</span><br /><p><span class="fullpost" style="font-size:85%;color:#cc0000;">nanoq da kansas</span></p><p><span class="fullpost"> </p><br /><br /><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-14737039387866090542008-10-29T00:34:00.000-07:002008-10-29T00:36:05.825-07:00setelah ditelepon suatu hari<span class="fullpost">perjalanan terus menyusun kabar demi kabar. Membentuk<br />sejarahnya sepanjang mimbar di halaman koran pagi.<br />Seperti keinginan kemarau memaknai banjir,<br />sementara hatimu tak hentinya<br />memenggali hulu sungai. Cakrawala apakah<br />yang dilukis laut<br />pada pesisir percintaan nasib dan<br />pendewasaan anak-anak kita?<br /><br />lebih sering aku tak mempercayai telepon. Percakapan<br />yang dihisap bayang-bayang, walau engkau<br />memastikan jujur. Orang-orang kian banyak berangkat<br />lalu kehilangan alamat<br /><br />aku masih berpegang pada mawar di tengah percepatan<br />yang diderita kampungku. Maka<br />teleponlah aku pada angka-angka yang belum<br />sempat dicatat jam, daftar menu atau kalkulator<br /><br />dan engkau mungkin tak salah </span><br /><span class="fullpost">sampai jumpa di dering berikutnya</span><br /><p><span class="fullpost" style="font-size:85%;color:#cc0000;"><strong>nanoq da kansas</strong></span></p><p><span class="fullpost"> </p><br /><br /><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-45934810818656156312008-10-29T00:29:00.000-07:002008-10-29T00:33:50.648-07:00duka yang dikirim waktu<span class="fullpost">di persimpangan sejarah kita bersulang senyum<br />sambil mempercakapkan kelahiran demi<br />kelahiran benda di etalase mimpimu, jurang-jurang<br />atau gang-gang gemerlap<br />yang dingangakan kecemasan metropolitan<br />wahai, kita lupa pernah duduk bersama<br />di depan mesin jahit merangkai<br />perca-perca dari potongan bahasa tanah<br /><br />nanti sekali, di seberang ruang kelas anak-anak<br />di balik perangkap laba-laba usia<br />kita pun akan menghitung dengan sederhana<br />pasangan merpati mengenang pohonan<br />yang disisakan ruang tamu</span><br /><span class="fullpost">sesudahmu<br /><br /><span style="font-size:85%;color:#990000;">nanoq da kansas</span></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-82179813807040818112008-09-28T23:15:00.000-07:002008-09-28T23:19:42.328-07:00ginanti di dusun ni luh eni yudiastini<span class="fullpost">di dusun kita, di jalanan bercadas<br />begitu saja engkau tumbuhkan kangen<br />seperti mengembalikan puisi pada kodratnya<br />: menyaring debu<br /> bahkan layu luka pohonan sejarah kecilku<br /><br />ternyata aku telah memulai lagi petualangan ini<br />sebagai petani dari masa silam negeriku<br />yang kehilangan bahasa musim<br />setelah rumus-rumus zaman meluluhkan<br />doa-doa para pawang hama<br /> <br />aku ingin membajak mulai dari betismu<br />yang telanjang dan mengingatkan aku bahwa<br />perempuan di dusunku adalah naluri bumi<br />yang tak bernama selain cinta<br />dan aku – turunan para petani<br />akan terus memelihara jalanan cadas<br />agar kian hijau kangen yang engkau tumbuhkan<br /><br /><br /><span style="color:#990000;">nanoq da kansas</span></span><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-31481800745716451462008-09-28T23:12:00.000-07:002008-09-28T23:14:29.673-07:00yogya<span class="fullpost">sepanjang senja itu<br />cinta memeluk nafas kami<br />karena dingin gerimis semalam<br />kami sepakati untuk tak menangis<br />bagi sebagian perjalanan yang terhapus<br />oleh ketergesaan sejarah<br /><br />dengan kejujuran angin<br />yang mengelus hamparan hijau tebu<br />jalanan ke bantul masih menyisakan<br />lori-lori jelita<br />aroma lumpur dan sepeda tua<br />senyum tabah penjual dawet, pengayuh becak<br />cukup sederhana untuk membangun kembali<br />kenangan seorang penyair<br /><br />dan puisi dapat hidup senantiasa<br />di mana saja, seperti air mengalir<br />menemukan bentuknya di coklat kali code<br />atau di eskalator departement store<br />yang mencuri kesahajaan malioboro<br />untuk akhirnya pulang kepada cinta<br />dan kami belajar jadi air<br />kalaupun tak sepenuhnya sama<br />kami tak lebih dari penari</span><br /><span class="fullpost">bagian kecil sandiwara zaman</span><br /><p><span class="fullpost"></span> </p><p><span class="fullpost"><span style="font-size:85%;color:#990000;">nanoq da kansas</span></p><br /><br /><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-22492576584779087262008-09-28T23:09:00.000-07:002008-09-28T23:11:09.833-07:00surat kepada hastri delavani<span class="fullpost"><span style="font-size:85%;color:#000099;"><em>parangkusumo senja</em></span></span><br /><span class="fullpost"><span style="font-size:85%;color:#000099;"><br /></span><br />apa yang dapat kuceritakan pada pasir bisu<br />atau pohon siwalan yang bersikukuh<br /> meredam misteri<br /> laut selatan<br />selain senja yang terkesima<br />pada keajaiban cinta yang melahirkanmu<br /><br />segera kubayangkan matamu<br />di mana dunia tua kita tergenang<br />suara-suara<br /> biola zaman yang tersayat<br />mendekapku – menghindarkan aku dari kecemasan<br />dan mengajarkan puisi-puisiku<br />mencintai jiwa-jiwa sederhana perkampungan<br /> yang berani menyambut sunyi<br /> bahkan lebih agung dari kematian<br /><br />barangkali aku telah terlalu jauh mengembara<br />mempertanyakan perih dunia di setiap luka waktu<br />atau aku telah terbunuh jauh sebelum<br />rindu diterjemahkan kemarau dari kelopak bunga<br />maka kekasihku, ceritakanlah<br />senja yang terkesima pada keajaiban<br />cinta yang melahirkanmu</span><br /><p><span class="fullpost"></span> </p><p><span class="fullpost"><span style="font-size:85%;color:#990000;">nanoq da kansas</span></p><br /><br /><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-18844798048523157242008-09-28T23:06:00.000-07:002008-09-28T23:08:07.830-07:00surat kepada ibu<span class="fullpost">berujung jugakah kemarau<br />di sini, ibu? mataku terkubur abu<br />pohonan hangus di tanah kupu-kupu<br />merindukan jemari rampingmu<br />menambal koyak cakrawala<br />sepanjang darah air mata tanah airku<br /><br />pagi yang kemudian menjenguk jiwaku<br />di persimpangan benda-benda; menyuguhkan<br />segelas embun<br />mungkinkah tuhan sedang rindu<br />pada taman-taman yang telah mati<br />dalam sajakku?<br />kapan<br /><br />aku boleh meneguknya? sementara setiap rambu<br />tak hentinya menyuntikkan serum duka ke dadaku<br />satu jam sekali sejarah menuangkan<br />cairan penghilang rasa sakit<br />ke dalam jahitan kepalaku<br />dan<br /><br />ketika aku sampai ke alamat cintamu<br />barangkali aku sudah tak butuh apa-apa<br />kecuali kehangatan ramping jemarimu<br />untuk mengikatkan seutas benang doa</span><br /><span class="fullpost">pada jiwaku yang tertinggal di halte-halte</span><br /><p><span class="fullpost"></span> </p><p><span class="fullpost"><span style="font-size:85%;color:#990000;">nanoq da kansas</span></p><br /><br /><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-90437306120688668062008-09-28T23:03:00.000-07:002008-09-28T23:05:34.353-07:00surat kepada anak-anak<span class="fullpost">esok atau seabad yang akan datang<br />engkau bahkan pasti kukenalkan kembali<br /> pada rona atap rumah, aroma bunga mangga<br />serta jalan kecil ke sungai<br />: bagian paling sederhana dari riwayat kita<br />sebelum kota-kota bertamu<br />lalu mengangkut kita pada jarak<br />yang disepuh kefanaan dunia<br /><br />saat engkau kembali, padaku engkau akan<br /> menanyakan kabar masa kecilmu. sawah-sawah atau<br />hutan yang melegenda dalam puisi<br />semoga aku berani tak berpura-pura lupa<br /><br />atau engkau mungkin akan mengisahkan<br />pengorbanan jam-jam sekolahmu pada kilau<br />kristal kimia laboratorium, remang-remang politik<br />yang lebih dipercayainya dari pada<br />kejujuran tradisiku<br />tentu kita akan mencoba saling memahami<br />seperti pengertian yang tumbuh antara hujan<br />dan kemarau di kampung kita yang menjadi puisi<br />:puisi kita<br /><br />maka esok atau seabad yang akan datang<br />engkau bahkan pasti kukenalkan kembali<br />pada bagian paling sederhana</span><br /><span class="fullpost">dari sejarah yang dibentuk riwayat kita</span><br /><p><span class="fullpost"></span> </p><p><span class="fullpost"><span style="color:#990000;">nanoq da kansas</span></p><br /><br /><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-27437595890516738082008-08-29T08:42:00.000-07:002008-08-29T08:43:20.152-07:00surat kepada aistyaningnung – 1<span class="fullpost">lalu dia datang juga, ais. Kereta<br />malam itu – pluitnya yang getir<br />mengisyaratkan jarak yang akan mengirim<br />percakapan kita pada garis hitam putih<br />jalanan. Lalu<br />sejenak waktu akan hampa<br /><br />andai aku selembar daun pohonan surabaya<br />yang dijatuhkan nasib di permukaan kalimas<br />maka akulah perjalanan panjang itu<br />kelelahan menjadikanku sempurna<br />memerankan lelaki. Berabad-abad<br />setelah perempuan bersembunyi dalam tubuhku<br /><br />ajaib. Bau hutan – bau lautan<br />yang terbakar gemuruh kota<br />kutemukan menjadi hujan di matamu<br />lalu<br /><br />subuh di kemarau jiwaku<br />berkemas menerima cahaya pertama</span><br /><span class="fullpost">bagi sebuah musim tak bernama</span><br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /></span><span class="fullpost"></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-13766302505292365102008-08-29T08:37:00.000-07:002008-08-29T08:41:36.098-07:00surat kepada aistyaningnung – 2<span class="fullpost">dapatkah engkau jelaskan, manisku<br />kereta inikah yang terlalu cepat<br />bergerak? Merengkuh pulau demi pulau<br />menjaring seluruh mimpi bagai laba-laba<br />atau kotamu yang bergegas menghapus jejak?<br /><br />lalu di manakah cinta kita, ais?<br /><br />sungguh. Aku ingin sekali memberikannya<br />kepada sebagian nasib yang mengendap<br />di tangan mungil dan lunglai<br />para pejuang anak-anak bermata sendu<br />sepanjang halaman parkir, lantai dasar plaza<br />ruang tunggu stasiun sampai ke kedalaman<br />pelabuhan perak yang berkeringat<br />selalu<br /><br />dapatkah genggaman tanganmu kupinjam?<br />sejenak saja bagi pencarianku yang naif<br />setelah reruntuhan masa silam kita<br />membelukar membentuk nganga jurang demi<br />jurang yang membelah wajah siang<br />wajah malam<br /><br />atau rambutmu yang masih panjang<br />bolehkah kuminta selembar saja?<br />kujadikan jembatan menuju cakrawala</span><br /><span class="fullpost">pulang kepada peradaban yang rendah hati</span><br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /></span><span class="fullpost"></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-72976313497580025072008-08-29T08:34:00.000-07:002008-08-29T08:36:26.952-07:00surat kepada aistyaningnung – 3<span class="fullpost">melengkapi percintaan kita yang sederhana<br />kukirim kepadamu sebuah sungai<br />mata airnya kuminta dari bintang di gunung<br />setelah ia ajarkan padaku<br /> kejujuran langit membagi cuaca<br />untuk memberi nama musim demi musim<br />bumi kita yang jenaka<br /><br />lalu muaranya kugali di pasir pantai<br />sebagai tanda keterbatasan<br />pengenalan kita pada pesisir takdir<br />yang disimpan ombak setelah angin<br />mengantar mimpi-mimpi<br /> pada kesamaran tangis-tawa<br /><br />begitulah kucairkan tubuh-hatiku<br />menempuh keteguhan batu-batu<br />menyelami kesetiaan riwayat daun<br />yang gugur menjadi susu bumi<br /> kembali ke sumsum ibu<br />dan engkaulah ibu, karena<br />engkau melayarkan bintang<br />tanpa takut terdampar </span><span class="fullpost">di pasir hitam </span><br /><span class="fullpost">pantaiku yang tak selalu bening</span><br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /></span><span class="fullpost"></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-49757930791143897632008-08-29T08:30:00.000-07:002008-08-29T08:33:13.096-07:00surat kepada aistyaningnung – 4<span class="fullpost">dan kita mencintai tanah air ini<br />apa adanya, ais. Meneladani ketulusan ibu<br />saat membasuh telapak kaki pahlawannya<br />di hari pertama ia tersentuh<br />gairah bumi gairah langit.<br /><br />kita akan menanam sesuatu di sini<br />entah bunga atau duka.<br /><br />jangan menangis di tepi jalan<br />bila engkau saksikan pohonan terluka<br />atau banyak wajah kehilangan bentuk<br />angin tak selalu membawa sejuk<br />ada kalanya ia tak dapat menolak<br />gemuruh dan badai<br />yang menggeliat dan bangkit tiba-tiba<br />dari jiwa-jiwa kekuasaan<br />abad yang cemas.<br /><br />dan kita adalah pohon bagi angin<br />ditumbuhkan dengan bahasa terbatas<br />santun melepas daun<br />patah ranting sebelum ranum<br />biji di dalam daging.</span><br /><span class="fullpost"><br />jangan menangis. Cintaku padamu<br />akan senantiasa hidup seperti<br />cinta kita pada tanah air ini<br />yang sepenuhnya hanyalah ibadah<br />seluruhnya adalah karunia<br />kita perankan sesederhana rumput</span><br /><span class="fullpost">yang mengerjakan rumah bagi serangga malam.<br /><br /><br /></span><span class="fullpost"></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com25tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-26696924712920914622008-08-29T08:20:00.000-07:002008-08-29T08:28:39.947-07:00surat kepada aistyaningnung – 5<span class="fullpost"><em><span style="font-size:85%;color:#cc0000;">(membaca koran terbakar)</span></em><br /><br />ibukota rupanya telah menumpahkan<br />tinta buram dalam kertas-kertas suratmu<br />tanganmukah yang gemetar? atau<br />hurup-hurup itu sengaja disayat-potongi<br />untuk memagari ketenteraman semu<br />yang mereka tumbuhkan di koran-koran<br />televisi dan buku agenda.<br /><br />aku nyaris mengerti, kekasihku<br />ini pelajaran sederhana tentang diam<br />yang tersesat di ruang kuliah kita<br /> yang mesti kita pahami<br />seperti kita memahami cahaya pagi<br />yang berhak menghapus mimpi-mimpi kecil<br />dalam kelembaban rumah-rumah kardus<br />sepanjang perbatasan ibukota.<br /><br />memegang suratmu, aku teringat catatan-catatan<br />dalam laci di sebuah meja kerja<br />: keputusan nomor berapakah<br />yang boleh kita tunda atau pertanyakan?<br /><br />tidak! tak ada jarum jam yang<br />diciptakan untuk menunggu sebuah pertimbangan<br />dan atas sebuah pertanyaan kecil yang lugu<br />kisi-kisi tangsi akan dengan gembira<br />mengutuk kepala kita menjadi kambing hitam<br />atas tersandungnya persekutuan<br />antara topeng-topeng kebenaran dengan<br />laras sepucuk senapan.<br /><br />membaca suratmu, kekasihku<br />aku segera paham<br />ibukota dalam kemegahan hatiku-hatimu<br />telah ditumpahi tinta buram<br />dari darah hurup-hurup yang disayat<br />yang dipotong<br />sebelum dideretkan dalam halaman sejarah<br />yang wajib dihapal anak-anak kitaesok pagi.<br /><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-9830815702472802152008-08-26T00:38:00.000-07:002008-08-26T00:45:05.222-07:00setelah kematian nenek<span class="fullpost"> <em><span style="color:#990000;">untuk adikku: laurencia</span></em></span><br /><span class="fullpost"></span><br /><span class="fullpost">aku akan merindukanmu nenek<br />senantiasa. tapi aku tak bisa<br />menangis sejujur air matamu<br />karena penderitaanmu adalah garam<br />dan cuka dunia, sedangkan kesepianku<br />lebih menyerupai iklan lampu hias<br />dalam televisi hitam putih</span><br /><br /><span class="fullpost">aku akan merindukamu nenek<br />senatiasa. tapi aku telah kehilangan<br />kegembiraan setulus air matamu<br />karena engkau danau<br />bagi air mata dunia<br />sedangkan aku lebih teka-teki<br />dari arus dan angin laut</span><br /><br /><span class="fullpost">bila engkau puisi, aku pun<br />barangkali puisi. hanya saja abjad<br />dalam darah dan doamu begitu utuh<br />sementara tanda baca di sekujur tubuhku<br />tak akan mampu menjelaskan<br />makna paling sederhanadari bahasa manusia<br /><br /><br /></span><span class="fullpost"></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-8454947846692952732008-08-26T00:32:00.000-07:002008-08-26T00:37:09.541-07:00bah<span class="fullpost"><em>suaramukah yang datang padaku<br />merambat dari angin, dalam cahaya<br />tergenang embun di bibir kelopak bunga?</em></span><br /><span class="fullpost"><em></em><br /><br />ah, aku mengigau<br />menggapai-gapai benang terentang<br />di antara tempurung kepala dan jiwaku<br />menggapai-gapai tepian<br />di antara hasrat dan penolakanku<br />:aku rindu padamu ...<br /><br /><br />di luar, pagi pecah<br />berserakan jadi daun-daun kering dan jatuh<br />dari jendela, kulihat tubuhku gemetaran<br />memegang sapu hitam dan angker<br />menggorek-gorek sampah yang selalu saja tersisa<br />plastik-plastik, debu-debu<br />kertas-kertas koran yang tak terbaca<br />surat-surat cinta yang merana dan menggigil<br />kamus-kamus yang senantiasa tak terpahami<br />kulit-kulit pohon yang mengelupas<br />semuanya berwarna hitam<br />sehitam sapuku<br />dan ketika semuanya kubakar<br />asap itu pun berwarna hitam<br />berbau hitam: d a r a h!<br /><br /><br />darah siapakah yang mengalir sepagi ini?<br />aku ingin mengadu,<br />: aku tak membunuh!<br />aku sungguh-sungguh tak membunuh siapapun!<br />hari ini alangkah inginnya aku berdamai<br />alangkah inginnya aku diam<br />tapi aku telah melihat bom-bom berjatuhan<br />dan salah perhitungan tentang sasarannya<br />aku telah melihat<br />pestisida, insektisida, fungisida<br />diam-diam menyelinap ke setiap pori-pori udara<br />aku telah melihat cairan-cairan aneh<br />meresap dan bergolak ke rahim bumi<br />wahai! kenapa semua jadi punya hasrat bunuh diri?<br /><br /><br />sepagi ini kita telah bertengkar<br />: tentang nasib, kita tak bisa bicara! – ujarmu<br />aku mau mengalah, tapi korban terlanjur banyak<br />siapa yang mesti aku percayai?<br />terus terang saja, pada diri sendiri pun<br />aku acap kali tak percaya.<br />aku tak percaya ada hukum yang punya hati dan jiwa<br />aku tak percaya ada hukum yang bijaksana<br />seperti mereka yang telah merancang dan menulisnya<br />sebab hukum seperti sapu hitamku<br />: hitam dan angker<br />dan ketika hukum itu jatuh di alengka, kurusetra<br />hiroshima, tian an men, bagdad, bosnia, yerusalem<br />santa cruz, jakarta, aceh, maluku<br />di rumah tetangga dan di kamar tidurku<br />maka sampah-sampah mengeluh<br />: aku tak bisa menghindar ..., – bisiknya pada sejarah<br />dan dari jendela aku saksikan hujan<br />tak turun pada musimnya<br />pepohonan tak berbuah pada musimnya<br />anak-anak ke sekolah tanpa bakal pemahaman<br />bagaimana semestinya mencintai dan menghayati<br />jiwa hurup-hurup dan angka-angka<br /><br /><br />wahai! sepagi ini kita telah bertengkar<br />dengan kata-kata yang tak bisa lagi dimengerti<br />walau sepatah<br />sementara di luar jendela, aku melihat tubuhku<br />bergumul dengan jutaan bayang-bayang hitam<br />tubuhku yang telah kehilangan bentuk<br />terbanting-banting dan mengelupas<br />terakhir, aku lihat jutaan pagi dan daun-daun<br />kering berhamburan dari pecahan kepalaku<br />berjuta-juta bayangan hitam itu<br />kini sepanjang jalan menyapu dengan sapu hitamnya<br />dan segala air mata telah terbakar<br />asapnya hitam<br />berbau hitam: d a r a h!<br /><br /><br /></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-582014203957826303.post-32767306610277036262008-08-26T00:28:00.000-07:002008-08-26T00:31:03.936-07:00sajak bunga<span class="fullpost">bermula cinta <br />aku merekah dari tatapan fajar<br />dan aku tak memilih tanah air<br />sebab aku sendiri<br />telah basah terguyur tempias musim</span><br /><br /><span class="fullpost">aku merekah jadi rindu<br />pada sekepak demi sekepak sayap kekupu<br />dan aku telah merasa tahu untuk sebatas pengertian<br />ketika kubiarkan taburan pelangi sarat warna<br />menerpa sejuk dari ujung cahyamu<br />kutangkap itu<br />bersama angin yang menjadi harumku</span><br /><span class="fullpost"><p><br />namun jika masih tersisa beberapa celah<br />antara ujung jemarimu dan penggalan daunku<br />aku mengerti itu<br />sebagaimana pula kupahami<br />ada tepi yang tak sampai diusap ombak</p><p><br />kuasaku hanya pesisir</p><p>pada batas mana sebuah musim menyerah<br /><br /></p></span>nanoq da kansashttp://www.blogger.com/profile/10148907896710730850noreply@blogger.com1