28 September, 2008

sepanjang senja itu
cinta memeluk nafas kami
karena dingin gerimis semalam
kami sepakati untuk tak menangis
bagi sebagian perjalanan yang terhapus
oleh ketergesaan sejarah

dengan kejujuran angin
yang mengelus hamparan hijau tebu
jalanan ke bantul masih menyisakan
lori-lori jelita
aroma lumpur dan sepeda tua
senyum tabah penjual dawet, pengayuh becak
cukup sederhana untuk membangun kembali
kenangan seorang penyair

dan puisi dapat hidup senantiasa
di mana saja, seperti air mengalir
menemukan bentuknya di coklat kali code
atau di eskalator departement store
yang mencuri kesahajaan malioboro
untuk akhirnya pulang kepada cinta
dan kami belajar jadi air
kalaupun tak sepenuhnya sama
kami tak lebih dari penari

bagian kecil sandiwara zaman

nanoq da kansas




0 Comments:

Post a Comment